Sunday, July 12, 2009

La Liga, Akankah menjadi Liga Terbaik Eropa..?

Menghadapi musim kompetisi 2009-2010, Real Madrid telah berhasil mendatangkan sejumlah pemain yang dianggap bertalenta luar biasa bagi sepakbola. Selain Kaka’ dari AC Milan, juga telah didatangkan Cristiano Ronaldo dari MU, Raul Albiol dari Valencia, dan yang paling anyar tentu dengan bergabungnya Karim Benzema dari FC Lyon. Saat inipun sepertinya Real Madrid belum puas untuk belanja pemain, beberapa nama yang masih diincar antara lain gelandang tangguh Liverpool Xabi Alonso dan sayap kreatif FC Bayern, Frank Ribery. Apakah kedua nama terakhir tersebut akan berlabuh di Santiago Barnebeu..? hanya waktu yang dapat menjawabnya!

Selain Real Madrid, seperti yang kita tahu Barcelona juga tak mau kalah dari Real Madrid untuk memperkuat skuadnya di musim mendatang. Meski nama-nama seperti Messi, Henry, Iniesta, Xavi, Carles Puyol, Eto’o dan Bojan Krkic masih diklaim akan menghadirkan kekuatan dahsyat tim dari Catalan ini, namun sepertinya mereka juga ingin membuat perbedaan dengan menghadirkan salah satu dari dua striker haus gol saat ini, David Villa dari Valencia dan Zlatan Ibrahimovic dari Internazionale Milan. Respon dari Villapun nampaknya sangat kuat untuk bermain di Nou Camp sementara Zlatan masih angin-anginan. Anda tentu bisa membayangkan bagaimana kekuatan Barcelona jika salah satu dari dua striker tersebut bergabung.

Bagaimana dengan tim-tim lainnya..? Meski tidak seagresif Real Madrid, namun tim-tim lain diyakini akan tetap meramaikan bursa transfer untuk memperkuat skuadnya musim depan.

Dengan gambaran seperti diatas, apakah Liga Spanyol (La Liga) akan mampu mendepak Liga Inggris sebagai Liga terbaik di dunia? Mari memprediksinya melalui polling berikut:


Read More...

Tuesday, June 30, 2009

Liga Indonesia. Kompleksitas Masalah yang tak kunjung selesai

Perhelatan laga puncak Copa Indonesia antara Sriwijaya FC berhadapan dengan Persipura berakhir dengan kemenangan WO untuk Sriwijaya FC dikarenakan ofisial dari Persipura melakukan mogok setelah protes mereka yang meminta penalti tidak ditanggapi oleh wasit. Kejadian ini tentu semakin mencoreng persepakbolaan Indonesia, ditengah upaya untuk membenahi persepakbolaan nasional.

Terkadang ketika emosi bersinggungan dengan akal sehat, maka emosilah yang memegang kendali. Hal ini yang rupanya masih banyak menghinggapi insan sepakbola tanah air kita. Ketidakmampuan mengendalikan emosi ketika menghadapi situasi yang tidak berpihak, akhirnya mengorbankan nilai-nilai sportifitas dari olahraga itu sendiri.

Kita tentu tahu bahwa wasit yang dalam hal ini sebagai pihak pengadil di atas lapangan, adalah juga manusia biasa. Mereka terkadang melakukan kesalahan. Ini adalah hal yang lumrah, bahkan juga terjadi di liga-liga yang tingkat kompetitifitasnya sangat tinggi. Bahkan belum hilang dalam ingatan bagaimana Chelsea meradang ketika dua dari sepakan mereka yang berpotensi menghasilkan penalti dimenit-menit akhir pertandingan semifinal Liga Champion ketika menjamu Barcelona, tidak ditanggapi wasit. Namun mereka tetap profesional, tetap melanjutkan pertandingan meski mungkin hatinya tetap dongkol. Seharusnya sikap seperti inilah yang patut untuk dicontoh. Jika tidak puas dengan kinerja wasit, bukankah ada wadah resmi untuk melayangkan protes atau gugatan? Ingat, bahwa Persipura merupakan salah satu tim elit di negeri ini, jika mereka saja tidak mampu mengendalikan emosi, bagaimana halnya dengan tim-tim yang berada di level kompetisi yang lebih rendah? Apakah ini potret dari sepakbola tanah air kita..?

Sayang memang jika kita melihat kebelakang, bahwa hal seperti ini adalah hal yang lumrah dalam sepakbola nasional, mogok bertanding, pertandingan bola berubah menjadi arena tinju, wasit yang diteror hingga pucat, jadwal pertandingan yang begitu sering berganti, dan lain sebagainya. Mungkin tidak salah jika banyak orang menilai bahwa semua masalah yang mencuat, pada prinsipnya bersumber dari satu hal, yakni manajemen sepakbola nasional yang carut marut. Kejadian-kejadian seperti diatas seharusnya dapat dijadikan cermin bahwa ada yang salah dalam mengelola kompetisi kita.

Lantas siapa yang harus bertanggung jawab membenahi semua ini? Kiranya kita tidak dapat hanya mengarahkan telunjuk pada segelintir pengurus PSSI saja, kita harus sadar bahwa ditingkat yang lebih kecil, setiap insan sepakbola dapat mengambil peran. Jika kita adalah pemain, maka bersikaplah seprofesional mungkin layaknya seorang pemain, berlatih dan bertanding dengan senantiasa menjunjung tinggi sportifitas dan fairplay. Jika kita adalah ofisial, maka berikanlah semangat dan panutan yang baik bagi para pemain. Jika kita adalah pihak pengadil (wasit) maka bekerjalah dengan semestinya, tanpa niat untuk menguntungkan salah satu pihak. Jika kita adalah penonton, mari menonton dengan memberikan applaus bagi yang bertanding, bukan datang dengan niat yang tidak-tidak. Masuk ke stadion dengan cara-cara yang legal, memberikan support kepada tim yang kita bela tanpa merendahkan tim dan suporter lawan. Jika kita adalah pengurus PSSI, pikirkanlah bagaimana seharusnya kompetisi yang baik digelar, dan kelola kompetisi tersebut secara benar, tanpa ada niat-niat untuk keuntungan pribadi atau golongan tertentu. Jika kita di pihak pemerintah, berikan dukungan yang semestinya agar olahraga ini dapat berkembang dengan sebaik-baiknya. dan yang terakhir, jika kita pengusaha yang kebetulan mendapatkan keuntungan dan rezeki dengan menggelar bisnis di tanah Indonesia ini, mari turut mengambil bagian untuk memajukan sepakbola Indonesia. Jika semua elemen ini menyatu dan sadar bahwa mereka dapat berperan, meski dalam cakupan yang sekecil-kecilnya, menurut saya olahraga ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap citra bangsa kita.

Mungkin demikian yang patut kita renungkan bersama...
Read More...

Catatan Piala Konfederasi: Learning From Brazil

Jika anda menyaksikan laga final antara Brazil vs AS dua hari lalu, maka pembelajaran utama yang dapat dipetik adalah Brazil telah memperlihatkan pada kita sebuah mental juara, mental yang sangat dibutuhkan untuk menjadi kampiun dalam sebuah kejuaraan. Hingga rasanya tidak keliru jika kemudian berderet gelar pernah dikoleksi oleh timnas Brazil ini.

Meski tim AS memperlihatkan semangat dan determinasi tinggi hingga sempat unggul 2-0 di paruh pertama pertandingan, namun harus diakui bahwa Brazil memiliki semangat lebih untuk memenangkan pertandingan tersebut. Dan mereka akhirnya melesakkan 3 gol di babak kedua untuk menyudahi perjuangan The Sam's Army untuk mencetak sejarah pertama memenangi gelar bergengsi, dengan kemenangan tipis 3 - 2 (0-2).


Di era sepakbola modern, khususnya di laga-laga puncak yang menentukan, ketika sebuah tim telah unggul 2 – 0, maka sulit bagi tim lain untuk mengejar bahkan memenangkan pertandingan. Tapi itu bukan masalah berarti bagi Brazil, mereka tahu bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengejar ketertinggalan bahkan memenangkan pertandingan. Mereka memiliki mental juara tersebut hampir di tiap-tiap pemain yang dimilikinya. Hal tersebut tentu ditopang oleh kepercayaan diri yang tinggi, dan bukan hanya sekedar skill dan teknik yang tinggi. Khusus di paruh kedua pertandingan, tidak terlihat sedikitpun kepanikan dalam diri pemain-pemain Brazil, mereka bermain dengan penuh kesabaran, mengatur ritme dan alur penyerangan. Ini yang tidak terjadi di partai semifinal antara AS dan Spanyol beberapa hari sebelumnya. Spanyol meski menyerang frontal di paruh kedua pertandingan, namun terlihat bahwa kepanikan dan frustasi melanda mereka. Kita dapat melihat hampir seluruh serangan dilakukan dengan tergesa-gesa, dan akhirnya tim AS mampu membaca pergerakan-pergerakan pemain spanyol sekaligus menutup tiap peluang yang ada.



AS, meski kalah secara menyakitkan, namun itu adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan, Saya yakin pemain-pemain AS telah memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa mereka dapat bermain di level yang tinggi, sebagaimana yang dikatakan oleh pelatih mereka sebelum pertandingan final tersebut, “Kami kalah 3-0 di babak grup oleh Brazil, karena kami begitu takut melihat mereka, kami memberikan ruang yang begitu besar bagi mereka untuk menghancurkan kami. Tapi di pertandingan final nanti, kami sudah tahu bahwa kami memiliki kemampuan untuk bermain lebih baik lagi.” Dan sebagaimana yang kita saksikan, hal tersebut terbukti dilapangan. Tim-tim lainpun yang akan menghadapi AS di pertandingan-pertandingan berikutnya, utamanya di Piala Dunia 2010 nanti, juga pasti sudah mulai memperhitungkan kekuatan AS.



Kembali ke Brazil, sepertinya tim ini tidak akan pernah kehabisan pemain bermental juara, setelah era Ronaldo dan Rivaldo hingga ke era Ronaldinho, kini bermunculan lagi pemain-pemain bertalenta tinggi lainnya. Tentu tak bisa dilupakan pemain seperti Kaka dan Robinho, tapi mungkin yang tidak banyak mendapat perhatian adalah Luis Fabiano. Meski bermain cemerlang di tingkat klub tapi ia jarang mendapatkan perhatian yang begitu besar ketika bermain di level timnas. Barulah semalam ia menunjukkan kemampuan sejatinya, sebagai penyerang yang sangat oportunis.

Jadi, Bravo untuk Brazil…sampai bertemu di Piala Dunia 2010.
Read More...

  © Blogger template 'Portrait' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP