Jika anda menyaksikan laga final antara Brazil vs AS dua hari lalu, maka pembelajaran utama yang dapat dipetik adalah Brazil telah memperlihatkan pada kita sebuah mental juara, mental yang sangat dibutuhkan untuk menjadi kampiun dalam sebuah kejuaraan. Hingga rasanya tidak keliru jika kemudian berderet gelar pernah dikoleksi oleh timnas Brazil ini.
Meski tim AS memperlihatkan semangat dan determinasi tinggi hingga sempat unggul 2-0 di paruh pertama pertandingan, namun harus diakui bahwa Brazil memiliki semangat lebih untuk memenangkan pertandingan tersebut. Dan mereka akhirnya melesakkan 3 gol di babak kedua untuk menyudahi perjuangan The Sam's Army untuk mencetak sejarah pertama memenangi gelar bergengsi, dengan kemenangan tipis 3 - 2 (0-2).
Di era sepakbola modern, khususnya di laga-laga puncak yang menentukan, ketika sebuah tim telah unggul 2 – 0, maka sulit bagi tim lain untuk mengejar bahkan memenangkan pertandingan. Tapi itu bukan masalah berarti bagi Brazil, mereka tahu bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengejar ketertinggalan bahkan memenangkan pertandingan. Mereka memiliki mental juara tersebut hampir di tiap-tiap pemain yang dimilikinya. Hal tersebut tentu ditopang oleh kepercayaan diri yang tinggi, dan bukan hanya sekedar skill dan teknik yang tinggi. Khusus di paruh kedua pertandingan, tidak terlihat sedikitpun kepanikan dalam diri pemain-pemain Brazil, mereka bermain dengan penuh kesabaran, mengatur ritme dan alur penyerangan. Ini yang tidak terjadi di partai semifinal antara AS dan Spanyol beberapa hari sebelumnya. Spanyol meski menyerang frontal di paruh kedua pertandingan, namun terlihat bahwa kepanikan dan frustasi melanda mereka. Kita dapat melihat hampir seluruh serangan dilakukan dengan tergesa-gesa, dan akhirnya tim AS mampu membaca pergerakan-pergerakan pemain spanyol sekaligus menutup tiap peluang yang ada.

AS, meski kalah secara menyakitkan, namun itu adalah sebuah prestasi yang patut dibanggakan, Saya yakin pemain-pemain AS telah memiliki kepercayaan diri yang tinggi bahwa mereka dapat bermain di level yang tinggi, sebagaimana yang dikatakan oleh pelatih mereka sebelum pertandingan final tersebut, “Kami kalah 3-0 di babak grup oleh Brazil, karena kami begitu takut melihat mereka, kami memberikan ruang yang begitu besar bagi mereka untuk menghancurkan kami. Tapi di pertandingan final nanti, kami sudah tahu bahwa kami memiliki kemampuan untuk bermain lebih baik lagi.” Dan sebagaimana yang kita saksikan, hal tersebut terbukti dilapangan. Tim-tim lainpun yang akan menghadapi AS di pertandingan-pertandingan berikutnya, utamanya di Piala Dunia 2010 nanti, juga pasti sudah mulai memperhitungkan kekuatan AS.

Kembali ke Brazil, sepertinya tim ini tidak akan pernah kehabisan pemain bermental juara, setelah era Ronaldo dan Rivaldo hingga ke era Ronaldinho, kini bermunculan lagi pemain-pemain bertalenta tinggi lainnya. Tentu tak bisa dilupakan pemain seperti Kaka dan Robinho, tapi mungkin yang tidak banyak mendapat perhatian adalah Luis Fabiano. Meski bermain cemerlang di tingkat klub tapi ia jarang mendapatkan perhatian yang begitu besar ketika bermain di level timnas. Barulah semalam ia menunjukkan kemampuan sejatinya, sebagai penyerang yang sangat oportunis.
Jadi, Bravo untuk Brazil…sampai bertemu di Piala Dunia 2010.
0 comments:
Post a Comment